Kamis, 24 September 2015

ekonomi teknik pembuatan asam cuka dari kulit pisang



PEMBUATAN ASAM CUKA DARI KULIT PISANG
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Analisis Kelayakan Produksi:
Data hasil pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa dari 600 kg kulit pisang yang diolah per hari dapat dihasilkan cuka kulit pisang sebanyak 12.000 botol cuka dengan isi masing – masing botol sebanyak 60 ml. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa kapasitas produksi dalam setahun untuk menghasilkan cuka kulit pisang adalah 12.000 x 12 bulan = 144.000 botl per tahun. (Djamalu, 2013).
b. Analisis Kelayakan Teknis:
Langkah awal dalam melakukan analisis kelayakan teknis adalah adalah mengumpulkan data produksi, yaitu bahan baku yang digunakan, peralatan untuk produksi, waktu produksi yang digunakan dan jumlah tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan teknis dalam pengembangan investasi tanah dan peralatan,bahan baku yang akan digunakan, dan jumlah tenaga kerja, sehingga dapat memudahkan dalam mengestimasi kelayakan teknis dari suatu rencana pengembangan usaha.
1) Biaya Investasi Usaha
Hasil analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa investasi awal yang dibutuhkan sebesar Rp. 274.257.267, terdiri dari investasi berupa bangunan, tanah, listrik dan air serta investasi berupa peralatan, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Yang menempatkan jenis investasi dan modal kerja sebagai langkah awal dalam perhitungan untuk memperkirakan jumlah investasi dan modal usaha yang dibutuhkan dari pendirian suatu usaha industri kecil.
Table 1. biaya invstasi usaha
            Selanjutnya dilakukan pembelian bahan baku utama dalam produksi, yaitu ikan cakalang dan bahan baku penolong berupa tempurung kelapa, garam dan air, seperti ditunjukkan pada tabel 2. Begitupula dalam penyediaan biaya variabel, biaya tetap dan  biaya gaji bagi pelaksana produksi, yaitu tenaga kerja tidak langsung, yaitu pimpinan, bendahara dan tenaga pemasaran.Begitu pula penyediaan biaya gaji bagi tenaga kerja langsung, seperti ditunjukkan pada tabel 3, 4 dan 5. Data-data tersebut di atas selanjutnya dikelompokkan ke dalam biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah (variabel cost) yang dapat mempengaruhi biaya produksi secara keseluruhan, seperti ditunjukkan pada pada tabel 6 dan 7.
Tabel 2. Gaji Pegawai
NO
Uraian
Jumlah
Gaji /bulan
total Gaji/bulan
total gaji/ tahun
1
 Pimpinan
1
Rp        2,000,000
Rp            2,000,000
Rp          24,000,000
2
 Bendahara
1
Rp        1,800,000
Rp            1,800,000
Rp          21,600,000
3
 Karyawan tetap


 a. supervisor
3
Rp        1,700,000
Rp            5,100,000
Rp          61,200,000
 b. Produksi
8
Rp        1,500,000
Rp         12,000,000
Rp       144,000,000
 c. Pemasaran
2
Rp        1,500,000
Rp            3,000,000
Rp          36,000,000

 JUMLAH

Rp       286,800,000
4
 Karyawan tidak tetap


 a. cleaning service
2
Rp           750,000
Rp            1,500,000
Rp          18,000,000
 b. satpam
3
Rp           800,000
Rp            2,400,000
Rp          28,800,000
JUMLAH
Rp          46,800,000
JUMLAH KESELURUHAN
Rp       333,600,000

Table 3. bahan baku
URAIAN
JUMLAH BAHAN/BULAN
HARGA SATUAN
JUMLAH BIAYA/BULAN
JUMLAH BIAYA/TAHUN
Kulit pisang (Kg)
600
Rp             500
Rp          300,000
Rp        3,600,000
Gula pasir (Kg)
120
Rp       12,000
Rp      1,440,000
Rp      17,280,000
Fermipan (Kg)
3.00
Rp       62,000
Rp          186,000
Rp        2,232,000
Starter cuka (Liter)
150
Rp     100,000
Rp    15,000,000
Rp   180,000,000
Ammonium sulfat (ml)
640
Rp         8,000
Rp      5,120,000
Rp      61,440,000
JUMLAH
Rp   264,552,000








Tabel 4. Biaya lain - lain
NO
URAIAN
JUMLAH BAHAN BAKU/BULAN
HARGA SATUAN
JUMLAH BIAYA/BULAN
JUMLAH BIAYA/TAHUN
1
Biaya listrik


Rp     2,500,000
Rp     30,000,000
2
Biaya air


Rp     3,000,000
Rp     36,000,000
3
Stiker label
6000
Rp        100
Rp     600,000
Rp       7,200,000
5
Botol kemasan
6000
Rp        300
Rp     1,800,000
Rp     21,600,000
6
Biaya transportasi


Rp     1,000,000
Rp     12,000,000
7
Biaya promosi


Rp     1,000,000
Rp     12,000,000

JUMLAH
Rp     118,800,000

2)Biaya Produksi:
Menurut Giatman (2007) bahwa beberapa jenis biaya bervariasi langsung dengan perubahan volume produksi, sedangkan biaya lainnya relatif tidak berubah terhadap jumlah produksi.
Pembagian biaya produksi menjadi biaya tetap dan biaya variabel dilakukan pula oleh BI (2010) bertujuan untuk memudahkan dalam proses perhitungan biaya operasional per bulan dan per tahun produksi. Berdasarkan hal tersebut di atas maka biaya produksi dikelompokkan menjadibiaya tetap dan variabel seperti ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya Produksi
NO
URAIAN
JUMLAH
1
BIAYA TETAP (A)

a. biaya tenaga kerja tetap
Rp 286,800,000
b. biaya penyusutan
Rp 5,911,267
TOTAL BIAYA TETAP
Rp 292,711,267
2
BIAYA VARIABEL (B)

a. biaya bahan baku
Rp 264,552,000
b. biaya listrik
Rp 30,000,000
c. biaya air
Rp36,000,000
d. biaya transportasi
Rp  9,600,000
e. biaya promosi
Rp 8,400,000
f. biaya stiker label
Rp 7,200,000
g. biaya botol kemasan
Rp 21,600,000
h. biaya tenaga kerja tidak tetap
Rp 46,800,000
TOTAL BIAYA VARIABEL
Rp 424,152,000
JUMLAH BIAYA PRODUKSI (A+B)
Rp  716,863,267

3)Kapasitas Produksi:
Kapasitas produksi dari 600 kg kulit pisang dihasilkan 12.000 botol per bulan dengan isi masing – masing botol adalah  60 ml perbotol. Sehingga kapasitas produksi pertahun sebanyak 12.000 botl x 12 bulan = 144.0000 botol cuka.
4)Perkiraan Pendapatan (Revenue):
            Perkiraan pendapat (revenue) bertujuan untuk menentukan harga jual rata-rata per kemasan. Dalam perkiraan ini terdapat sebuah produk yang diestimasi selama 5 tahun sehingga diperoleh harga jual sebesar Rp. 6.500/botol. Hal ini sesuai dengan proyeksi pendapatan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia (2010), bahwa dalam proyeksi suatu usaha kecil perlu dilakukan proyeksi pendapatan sebagai bagian dari studi kelayakan ekonomi suatu usaha.

5)Harga Pokok Produksi (HPP):
            Menurut BI (2010) bahwa harga pokok produksi ditetapkan berdasarkan perbandingan antara biaya produksi (fixed cost + variable cost) dan kapasitas produksi, sehingga diperoleh hasil berikut:
HPP     =         biaya produksi/kapasitas produksi
                        =          Rp 4,978.
Jadi HPP adalah Rp 5,000/ 60 ml
6)Penentuan Harga Jual:
Dengan keuntungan yang diinginkan sebesar 25% dari harga pokok produksi, sehingga diperoleh harga jual:

Harga jual                  =          HPP     +         (25% X HPP)
                                                = Rp 6.223
jadi harga jual adalah Rp 6,500/botol
variable per tahun     =          Biaya variabel / kapasitas produksi
                                                =          Rp 2.946
Jadi biaya variabel perunit adalah Rp 3000/botol
Penjualan Per Tahun           =          Harga jual x kapasitas produksi
                                                            =          Rp 896.079.083
7)Proyeksi Break Even Point (BEP):
            BEP merupakan titik dimana total pemasukan perusahaan dari penjualan produk (barang atau jasa) sama dengan total pengeluaran perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa. Besarnya BEP dirumuskan sebagai berikut :
a.       BEP (Rp)        =          biaya tetap
                                    1-(biaya variabel/total penjualan)
                                    =          Rp 555.790.190
b.      BEP (botol)     =          biaya tetap
                                     Harga jual – variable unit
                                    = 89.316 botol
  Rp 716.863.267 

 
Grafik BEP
8. Analisis Kelayakan Finansial:
Hal ini sesuai dengan langkah-langkah analisis kelayakan finansial yang dilakukan oleh Marimin dan Sutiyono (2002), yang menempatkan asumsi parameter keekonomian proyek sebagai panduan dalam analisis kelayakan finansial suatu proyek.Dalam BI (2010) asumsi-asumsi yang digunakan adalah:
1). Asumsi produksi, yaitu asumsi-asumsi produksi yang dipergunakan berkaitan dengan analisis aspek keuangan adalah sesuai alur pemikiran proses produksi dari bahan baku dan bahan mentah.
2) Asumsi pemasaran, yaitu kapasitas dan dayaserap pasar, dan bentuk transaksi
3) Asumsi keuangan, yaitudiscount rate, interest, sistem bunga, kebijakaninflansi tahunan, metode perhitungan penyusutan dan kebijakan. Adapun asumsi parameter yang digunakan dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada tabel 6.
           
Table 6. parameter kelayakan financial
Diketahui :
Nilai
Suku Bunga BRI
10%
Umur ekonomis Proyek
10 tahun
Lama pengembalian pinjaman
 5 tahun
Tabel (A/P,10%, 5 tahun)
 0.2774
Tingakat Inflasi (f) per Tahun
8 %
Skema Pembayaran Pinjaman Bank
Interest & Diminishing Principal
Metode Depresiasi
 Straight line
Dana Awal
Rp   726,657,267
Modal Sendiri 30%
Rp   217,997,180
Modal pinjaman 70%
Rp   508,660,087
Investasi Awal (I)
Rp   268,346,000
Annual Cost (AC)
Rp   716,863,267
Annual Benefit (AB)
Rp   896,079,083

1)Proyeksi benefit cost ratio (BCR):
            Menurut Giatman (2007) bahwa metode benefit to cost ratio (BCR) adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya, yaitu:
Benefit = AB – AC             = Rp 179.215.817
Cost= I ( A/P, i, n )            = Rp. 74.439.180

Maka, BCR                          =               = 2
2)Pembayaran Pinjaman:
Pengembalian pinjaman dilakukan berdasarkan metode interest & diminishing principalseperti ditunjukkan pada tabel 7.Menurut Kuswadi (2007) bahwa biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang harus ditanggung oleh suatu perusahaan sehubungan peminjaman dana, yaitu:
Sisa Pinjaman    =             Modal awal                   modal sendiri
=             Rp. 508.660.087

Pokok pinjaman                       = Rp. 101.732.017

Suku bunga        =             sisa         x              % suku bunga
=             Rp. 98.520.927

Jumlah bunga    =             sisa         +             suku bunga
=             Rp. 607.181.013

Angsuran             =             pokok pinjaman                +             bunga
=             Rp. 200.252.944

Sisa Angsuran    =             jumlah             angsuran
=             Rp. 406.928.069
3)Perhitungan Rugi dan Laba:
Perhitungan rugi laba ditujukan untuk memisahkan aliran dana keluar yang dapat merugikan usaha dan sumber pemasukan dana yang dapat memberikan keuntungan terhadap usaha seperti ditunjukkan pada tabel 8. Hal ini sesuai dengan pendapat Gray dkk (2007) yang menyatakan bahwa perhitungan arus dana usaha sebagai hasil investasi dilakukan melalui analisis perkiraan perhitungan rugi-laba. Dalam perhitungan rugi-laba tergambar semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun, baik yang berhubungan dengan produksi atau kegiatan pokok perusahaan maupun yang tidak berhubungan, seperti penerimaan atau pengeluaran bunga dan sebagainya.
           
Laba kotor           =             hasil penjualan  -              total b. produksi
=             Rp. 179.125.817

Laba bersih         =             laba kotor            -              (laba kotorx PPH5%)
=             Rp. 170.225.026

Cash flow            =             laba bersih                     bunga bank (12%)
=             Rp. 71.734.099
Tabel 7. Pembayaran Pinjaman
Tahun
Suku Bunga
Pokok Pinjaman
Jumlah
Angsuran
Sisa
0
0
0
0
0
Rp  985,209,267
1
Rp  98,520,927
Rp  101,732,017
Rp   1,083,730,193
Rp 200,252,944
Rp  883,477,249
2
Rp  88,347,725
Rp  101,732,017
Rp    971,824,974
Rp  190,079,742
Rp   781,745,232
3
Rp  78,174,523
Rp  101,732,017
Rp    859,919,755
Rp  179,906,541
Rp    680,013,215
4
Rp  68,001,321
Rp  101,732,017
Rp    748,014,536
Rp  169,733,339
Rp   578,281,197
5
Rp  57,828,120
Rp 101,732,017
Rp    636,109,317
Rp  159,560,137
0

Tabel 8. Perhitungan laba dan rugi
Uraian
Tahun
1
2
3
4
5
Hasil Usaha
Rp  96,079,083
Rp  896,079,083
Rp  896,079,083
Rp 896,079,083
Rp 896,079,083
Biaya Produksi
Rp 716,863,267
Rp 716,863,267
Rp 716,863,267
Rp 716,863,267
Rp 716,863,267
Laba Kotor
Rp 179,215,817
Rp 179,215,817
Rp 179,215,817
Rp 179,215,817
Rp 179,215,817
Laba Bersih
Rp 170,255,026
Rp 170,255,026
Rp 170,255,026
Rp 170,255,026
Rp 170,255,026
Bunga Bank
Rp  98,520,927
Rp 88,347,725
Rp 78,174,523
Rp 68,001,321
Rp 57,828,120
Cash Flow
Rp 71,734,099
Rp 81,907,301
Rp 92,080,503
Rp  102,253,704
Rp 112,426,906

4) Perhitungan Cash Flow:
Hal ini sesuai dengan pendapat Husnan dan Muhammad (2008), yang menyatakan bahwa dalam menaksir aliran kas hendaknya memisahkan aliran kas yang terjadi karena keputusan pembelanjaan dan aliran kas yang terjadi karena keputusan investasi. Selain aliran kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak, maka aliran kas ditaksir atas dasar selisih.Penaksiran kas menjadi penting bagi penilaian proyek, khususnya kas, seperti ditunjukkan pada Tabel 9.

Table 9. kumilatif cash flow
tahun
 cash Flow
 Kumulatif
1
Rp  71,734,099
Rp 71,734,099
2
Rp 81,907,301
Rp 153,641,400
3
Rp 92,080,503
Rp 245,721,903
4
Rp 102,253,704
Rp 347,975,607
5
Rp 112,426,906
Rp 460,402,513
5)Proyeksi Pay Back Period(PBP):
Menurut Kuswadi (2007) bahwa payback period (PBP) sering juga disebut pay out time (POT) atau masa pulang (kembalinya) modal, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan kembali jumlah modal yang ditanam. Resiko yang didapat semakin kecil jika modal semakin cepat kembali.Jadi metode ini menilai proyek penanaman modal atas dasar kecepatan kembalinya modal yang ditanam pada proyek. Perhitungan pengembalian modal didasarkan atas laba bersih ditambah penyusutan = net cash flow.Diketahui:

N             = 4
a              = investasi awal                =Rp. 268.346.000
b             = cash flow tahun ke 4  = Rp. 347.975.607
c              = cash flow tahun ke-5 = Rp. 60.402.513

                 = 3,29 tahun
6)Minimum Atractive Rate of Return
Menurut Giatman (2007), nilai MARR umumnya ditetapkan secara subjektif melalui beberapa pertimbangan tertentu dari investasi tersebut. Pertimbangan yang dimaksud adalah suku bunga investasi (i), biaya lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi (Cc), dan faktor resiko investasi (α).
Faktor risiko dipengaruhi faktor risiko dari usaha, tingkat persaingan usaha sejenis dan manajemen style dari pimpinan perusahaan.Berdasarkan hal itu, nilai MARR biasanya ditetapkan secara subjektif dengan memperhatikan faktor-faktor di atas. Nilai IRR dapat pula dihitung berdasarkan estimasi cash flow investasi.Diketahui:

MARR        = {( 1 + i )} {( 1 + f)} – 1
 = 19 %
7)Proyeksi Net Present Value (NPV):
Menurut Kuswadi (2007) bahwa net present value (NPV) atau nilai sekarang bersih (nilai sekarang netto) adalah perbedaan antara nilai sekarang netto (NSN) atau (total net cash flow) selama umur proyek dengan nilai sekarang dari besarnya investasi (outlay / net investment).

NPV = -I + AB (P/A, 12%, 5) – AC(P/A, 12%,5) =  Rp. 46.420.647

8)Proyeksi Internal Rate Return (IRR):
Menurut Kuswadi (2007) bahwa internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan proyek, sehingga nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi proyek (total net cash flow setelah di-present-value-kan (nilai sekarang netto), jumlahnya sama dengan biaya investasi.

Bunga 12% :
NPV1 = - I + AB (P/A, 18%, 5) – AC (P/A, 12%, 5) = Rp 401,024,511
Bunga 20% :
NPV 2= - I + AB (P/A, 20%, 5) – AC (P/A, 20%, 5) =Rp (58,456,810)
Maka IRR =
= 19%
9) Parameter Kelayakan Finansial:
Menurut Giatman (2007)bahwa kelayakan finansial dapat dinilai menguntungkan atau layak (feasible): jika NPV > 0, jika IRR ≥ MARR, jika BCR ≥ 1, dan jika PBP (k) ≤ umur investasi (n).
Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan finansial menunjukkan bahwa nilai NPV Rp 401,024,511 > 0, nilai IRR 19% =MARR 19%, nilai BCR 3 > 1, dan nilai PBP 2.5 tahun < 5 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi telah memenuhi kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 10.

                Tabel 10. Parameter kelayakan finansial
Parameter
Nilai
Standar
NPV
Rp 401,024,511
> 0
IRR
19 %
≥ MARR
MARR
19 %

BCR
3
> 1
PBP
2.5 tahun
≤ n
10) Uji Sensitivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya atau keuntungan. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan, karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Hidayat dkk, 2009).
Menurut Wijanarko dkk, 2005, bahwa analisis sensitivitas adalah analisis dengan mengubah nilai parameter-parameter biaya pabrik untuk mengetahui akibatnya terhadap parameter kelayakan pabrik, seperti ditunjukkan pada Tabel 11.







Berdasarkan Tabel 11 tersebut di atas menunjukkan bahwa:
1.    Pada kasus pertama, jika nilai investasi turun20% maka kelayakan finansial akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar,sedangkan apabila nilai investasi naik 20% maka kelayakan finansial menjadi tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar.
2.    Pada kasus kedua, jika nilai biaya tetap (fixed cost) mengalami penurunan atau kenaikan 20% tidak akan mempengaruhi nilai kelayakan finansial.
3.    Pada kasus ketiga, jika nilai bahan baku turun 20% maka kelayakan finansial menjadi tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar, sedangkan apabila nilai baku naik 20% maka tidak akan mempengaruhi kelayakan financial, nilainya akan sama dengan nilai-nilai dasar, seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.



4. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
            Hasil analisis kelayakan produksi menunjukkan bahwa dari 600 kg kulit pisang yang diolah per bulan dapat dihasilkan cuka kulit pisang sebanyak 12.000 botol dengan isi masing – masing botol @60 ml. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kapasitas produksi dalam setahun untuk menghasilkan cuka kulit pisang adalah sebesar: 12.000 botol x 12 bulan = 144.000 bungkus (Hasnindar, 2015).
Hasil analisis kelayakan finansial  menunjukkan keuntungan proyek pada usaha pemanfaatan kulit pisang dengan biaya investasi sebesar Rp. 202.590.600 dan internal rate of return (IRR) 19% = minimum attractive rate of return (MARR) 19%, menghasilkan net present value (NPV) sebesar Rp. 401,024,511, dan pay back period (PBP) dicapai selama 3.2 tahun, dengan nilai benefit to cost ratio 3.
Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa jika nilai investasi naik 20% dan nilai bahan baku turun 20% maka kelayakan finansial menjadi tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar (base case), kecuali pada nilai biaya tetap (fixed cost) walaupun mengalami penurunan atau kenaikan 20% tidak akan mempengaruhi nilai kelayakan finansial. 
b. Saran
Perlunya identifikasi lanjutan terhadap kebutuhan investasi potensial lainnya, terutama melibatkan stakeholder terkait, seperti pengusaha agroindustri, perguruan tinggi dan pemerintah daerah, sehingga permasalahan dan kebutuhan masyarakatterhadap sumber daya alama dapat terpetakan dan terpantau dengan baik.


5. DAFTAR PUSTAKA
Arifin AH. 2005. Mutually Exclusive Alternative Project untuk Analisis Kelayakan Usaha Industri Kecil. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005.Hal.196-202.
(BI) Bank Indonesia. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah (PPUK). Usaha Pengolahan Tapioka. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM.
Djamalu A. 2013. Pemanfaatan Asap Cair Tempurung Kelapa Sebagai Pengawet Pada Pengolahan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Di Kabupaten Boalemo. [Tugas Akhir] Akademi Teknik Industri (ATI) Makassar.
Giatman M. 2007. Ekonomi Teknik. Jakarta: Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Rajagrafindo Persada.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 2007. Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Hidayat T, Nurdjannah N, Usmiati S. 2009. Analisis Teknis Dan Finansial Paket Teknologi Pengolahan Lada Putih (White Pepper) Semi Mekanis. Buletin Littro. Vol. 20 No. 1, 77-91.
Husnan S, Muhammad S. 2008. Studi Kelayakan Proyek, Edisi Keempat. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) STIM YKPN.
Kuswadi. 2007. Analisis Keekonomian Proyek. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Marimin, Sutiyono A. 2002. Model Sistem Ahli Perencanaan Investasi Produk Agroindustri Komoditas Umbi-Umbian. Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (Kommit 2002). Jakarta. Hal.27-37.
Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance and Banking. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wijanarko A, Najoan NS,  Prenaly S.2005. Tinjauan Kelayakan Ekonomi Dan Teknis Perancangan Awal Pabrik Pengolahan Gas Alam Dengan Umpan Dari Lapangan Gas Senoro. Jurnal Teknologi, Edisi No. 4. Tahun XIX, hal. 327-337.

MAKALAH
EKONOMI TEKNIK






OLEH :
HASNINDAR
TK135563
TEKNIK KIMIA INDUSTRI (II)
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I.
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar