PEMBUATAN ASAM CUKA DARI KULIT PISANG
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a.
Analisis Kelayakan Produksi:
Data hasil
pengamatan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa dari 600 kg kulit pisang yang diolah per hari dapat dihasilkan cuka kulit pisang sebanyak 12.000 botol cuka dengan isi masing – masing
botol sebanyak 60 ml. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa kapasitas
produksi dalam setahun untuk menghasilkan cuka kulit pisang adalah 12.000 x 12 bulan = 144.000 botl per tahun. (Djamalu, 2013).
b.
Analisis Kelayakan Teknis:
Langkah awal dalam melakukan analisis
kelayakan teknis adalah adalah mengumpulkan data produksi, yaitu bahan baku
yang digunakan, peralatan untuk produksi, waktu produksi yang digunakan dan
jumlah tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan teknis dalam
pengembangan investasi tanah dan peralatan,bahan baku yang akan digunakan, dan
jumlah tenaga kerja, sehingga dapat memudahkan dalam mengestimasi kelayakan
teknis dari suatu rencana pengembangan usaha.
1)
Biaya Investasi Usaha
Hasil
analisis kelayakan ekonomi menunjukkan bahwa investasi awal yang dibutuhkan
sebesar Rp. 274.257.267, terdiri dari investasi berupa bangunan, tanah, listrik
dan air serta investasi berupa peralatan, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Yang
menempatkan jenis investasi dan modal kerja sebagai langkah awal dalam
perhitungan untuk memperkirakan jumlah investasi dan modal usaha yang
dibutuhkan dari pendirian suatu usaha industri kecil.
Table
1. biaya invstasi usaha

Tabel 2. Gaji Pegawai
NO
|
Uraian
|
Jumlah
|
Gaji /bulan
|
total Gaji/bulan
|
total gaji/ tahun
|
1
|
Pimpinan
|
1
|
Rp 2,000,000
|
Rp 2,000,000
|
Rp 24,000,000
|
2
|
Bendahara
|
1
|
Rp 1,800,000
|
Rp 1,800,000
|
Rp 21,600,000
|
3
|
Karyawan tetap
|
|
|||
a. supervisor
|
3
|
Rp 1,700,000
|
Rp 5,100,000
|
Rp 61,200,000
|
|
b. Produksi
|
8
|
Rp 1,500,000
|
Rp 12,000,000
|
Rp 144,000,000
|
|
c. Pemasaran
|
2
|
Rp 1,500,000
|
Rp 3,000,000
|
Rp 36,000,000
|
|
JUMLAH
|
|
Rp 286,800,000
|
|||
4
|
Karyawan tidak tetap
|
|
|||
a. cleaning service
|
2
|
Rp 750,000
|
Rp 1,500,000
|
Rp 18,000,000
|
|
b. satpam
|
3
|
Rp 800,000
|
Rp 2,400,000
|
Rp 28,800,000
|
|
JUMLAH
|
Rp 46,800,000
|
||||
JUMLAH KESELURUHAN
|
Rp 333,600,000
|
Table 3. bahan baku
URAIAN
|
JUMLAH BAHAN/BULAN
|
HARGA SATUAN
|
JUMLAH BIAYA/BULAN
|
JUMLAH BIAYA/TAHUN
|
Kulit pisang (Kg)
|
600
|
Rp 500
|
Rp 300,000
|
Rp 3,600,000
|
Gula pasir (Kg)
|
120
|
Rp 12,000
|
Rp 1,440,000
|
Rp 17,280,000
|
Fermipan (Kg)
|
3.00
|
Rp 62,000
|
Rp 186,000
|
Rp 2,232,000
|
Starter cuka (Liter)
|
150
|
Rp 100,000
|
Rp 15,000,000
|
Rp 180,000,000
|
Ammonium sulfat (ml)
|
640
|
Rp 8,000
|
Rp 5,120,000
|
Rp 61,440,000
|
JUMLAH
|
Rp 264,552,000
|
Tabel 4. Biaya lain - lain
NO
|
URAIAN
|
JUMLAH BAHAN BAKU/BULAN
|
HARGA SATUAN
|
JUMLAH BIAYA/BULAN
|
JUMLAH BIAYA/TAHUN
|
1
|
Biaya listrik
|
|
Rp 2,500,000
|
Rp 30,000,000
|
|
2
|
Biaya air
|
|
Rp 3,000,000
|
Rp 36,000,000
|
|
3
|
Stiker label
|
6000
|
Rp 100
|
Rp 600,000
|
Rp 7,200,000
|
5
|
Botol kemasan
|
6000
|
Rp 300
|
Rp 1,800,000
|
Rp 21,600,000
|
6
|
Biaya transportasi
|
|
Rp 1,000,000
|
Rp 12,000,000
|
|
7
|
Biaya promosi
|
|
Rp 1,000,000
|
Rp 12,000,000
|
|
|
JUMLAH
|
Rp 118,800,000
|
2)Biaya
Produksi:
Menurut Giatman (2007) bahwa beberapa jenis
biaya bervariasi langsung dengan perubahan volume produksi, sedangkan biaya
lainnya relatif tidak berubah terhadap jumlah produksi.
Pembagian biaya produksi menjadi biaya tetap
dan biaya variabel dilakukan pula oleh BI (2010) bertujuan untuk memudahkan
dalam proses perhitungan biaya operasional per bulan dan per tahun produksi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka biaya produksi dikelompokkan menjadibiaya
tetap dan variabel seperti ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Produksi
NO
|
URAIAN
|
JUMLAH
|
1
|
BIAYA TETAP (A)
|
|
a. biaya tenaga kerja
tetap
|
Rp 286,800,000
|
|
b. biaya penyusutan
|
Rp 5,911,267
|
|
TOTAL BIAYA TETAP
|
Rp 292,711,267
|
|
2
|
BIAYA VARIABEL (B)
|
|
a. biaya bahan baku
|
Rp 264,552,000
|
|
b. biaya listrik
|
Rp 30,000,000
|
|
c. biaya air
|
Rp36,000,000
|
|
d. biaya transportasi
|
Rp 9,600,000
|
|
e. biaya promosi
|
Rp 8,400,000
|
|
f. biaya stiker label
|
Rp 7,200,000
|
|
g. biaya botol kemasan
|
Rp 21,600,000
|
|
h. biaya tenaga kerja
tidak tetap
|
Rp 46,800,000
|
|
TOTAL BIAYA VARIABEL
|
Rp 424,152,000
|
|
JUMLAH BIAYA PRODUKSI
(A+B)
|
Rp 716,863,267
|
3)Kapasitas Produksi:
Kapasitas produksi dari 600 kg kulit
pisang dihasilkan 12.000 botol per bulan dengan isi masing – masing botol
adalah 60 ml perbotol. Sehingga
kapasitas produksi pertahun sebanyak 12.000 botl x 12 bulan = 144.0000 botol
cuka.
4)Perkiraan Pendapatan (Revenue):
Perkiraan pendapat (revenue) bertujuan untuk menentukan
harga jual rata-rata per kemasan. Dalam perkiraan ini terdapat sebuah produk
yang diestimasi selama 5 tahun sehingga diperoleh harga jual sebesar Rp. 6.500/botol. Hal ini sesuai dengan proyeksi
pendapatan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia (2010), bahwa dalam proyeksi
suatu usaha kecil perlu dilakukan proyeksi pendapatan sebagai bagian dari studi
kelayakan ekonomi suatu usaha.
5)Harga Pokok Produksi (HPP):
Menurut BI (2010) bahwa harga pokok
produksi ditetapkan berdasarkan perbandingan antara biaya produksi (fixed
cost + variable cost) dan kapasitas produksi, sehingga diperoleh
hasil berikut:
HPP = biaya produksi/kapasitas produksi
= Rp
4,978.
Jadi HPP adalah Rp 5,000/ 60 ml
6)Penentuan Harga Jual:
Dengan keuntungan yang diinginkan sebesar 25% dari
harga pokok produksi, sehingga diperoleh harga jual:
Harga
jual = HPP
+ (25% X HPP)
= Rp 6.223
jadi harga jual adalah Rp 6,500/botol
variable
per tahun =
Biaya variabel / kapasitas produksi
= Rp
2.946
Jadi biaya variabel perunit adalah Rp 3000/botol
Penjualan Per Tahun = Harga jual x kapasitas produksi
= Rp 896.079.083
7)Proyeksi Break Even Point (BEP):
BEP merupakan
titik dimana total pemasukan perusahaan dari penjualan produk (barang atau jasa)
sama dengan total pengeluaran perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa. Besarnya
BEP dirumuskan sebagai berikut :
a.
BEP
(Rp) = biaya tetap

1-(biaya
variabel/total penjualan)
= Rp
555.790.190
b.
BEP
(botol) = biaya tetap

Harga jual – variable unit
= 89.316 botol
|


Grafik BEP
8. Analisis Kelayakan Finansial:
Hal
ini sesuai dengan langkah-langkah analisis kelayakan finansial yang dilakukan
oleh Marimin dan Sutiyono (2002), yang menempatkan asumsi parameter keekonomian
proyek sebagai panduan dalam analisis kelayakan finansial suatu proyek.Dalam BI (2010) asumsi-asumsi yang digunakan
adalah:
1). Asumsi produksi, yaitu asumsi-asumsi produksi
yang dipergunakan berkaitan dengan analisis aspek keuangan adalah sesuai alur
pemikiran proses produksi dari bahan baku dan bahan mentah.
2) Asumsi pemasaran, yaitu kapasitas dan dayaserap pasar, dan bentuk transaksi
3) Asumsi keuangan, yaitudiscount
rate, interest, sistem bunga, kebijakaninflansi
tahunan, metode perhitungan
penyusutan dan kebijakan. Adapun
asumsi parameter yang digunakan dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada
tabel 6.
Table
6. parameter kelayakan financial
Diketahui :
|
Nilai
|
Suku Bunga BRI
|
10%
|
Umur ekonomis Proyek
|
10 tahun
|
Lama pengembalian
pinjaman
|
5 tahun
|
Tabel (A/P,10%, 5 tahun)
|
0.2774
|
Tingakat Inflasi (f) per
Tahun
|
8 %
|
Skema Pembayaran
Pinjaman Bank
|
Interest & Diminishing
Principal
|
Metode Depresiasi
|
Straight line
|
Dana Awal
|
Rp 726,657,267
|
Modal Sendiri 30%
|
Rp 217,997,180
|
Modal pinjaman 70%
|
Rp 508,660,087
|
Investasi Awal (I)
|
Rp 268,346,000
|
Annual Cost (AC)
|
Rp 716,863,267
|
Annual Benefit (AB)
|
Rp 896,079,083
|
1)Proyeksi benefit cost ratio (BCR):
Menurut
Giatman (2007) bahwa metode benefit to cost ratio (BCR) adalah salah satu metode yang sering
digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi atau sebagai
analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan
dengan metode lainnya, yaitu:
Benefit = AB – AC =
Rp 179.215.817
Cost= I ( A/P, i, n ) = Rp. 74.439.180
Maka, BCR =
= 2

2)Pembayaran
Pinjaman:
Pengembalian
pinjaman dilakukan berdasarkan metode interest
& diminishing principalseperti ditunjukkan pada tabel 7.Menurut Kuswadi (2007) bahwa biaya
pinjaman adalah bunga dan biaya lain yang harus ditanggung oleh suatu perusahaan
sehubungan peminjaman dana, yaitu:
Sisa Pinjaman =
Modal awal – modal sendiri
= Rp. 508.660.087
Pokok pinjaman
= Rp. 101.732.017

Suku bunga = sisa x % suku bunga
= Rp. 98.520.927
Jumlah bunga = sisa +
suku bunga
= Rp. 607.181.013
Angsuran = pokok pinjaman + bunga
= Rp. 200.252.944
Sisa Angsuran = jumlah – angsuran
= Rp. 406.928.069
3)Perhitungan Rugi
dan Laba:
Perhitungan
rugi laba ditujukan untuk memisahkan aliran dana keluar yang dapat merugikan
usaha dan sumber pemasukan dana yang dapat memberikan keuntungan terhadap usaha
seperti ditunjukkan pada tabel 8. Hal ini sesuai dengan pendapat Gray dkk
(2007) yang menyatakan bahwa perhitungan arus dana usaha sebagai hasil
investasi dilakukan melalui analisis perkiraan perhitungan rugi-laba. Dalam
perhitungan rugi-laba tergambar semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan
selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun, baik yang berhubungan dengan
produksi atau kegiatan pokok perusahaan maupun yang tidak berhubungan, seperti
penerimaan atau pengeluaran bunga dan sebagainya.
Laba kotor = hasil
penjualan - total
b. produksi
= Rp. 179.125.817
Laba bersih = laba
kotor - (laba
kotorx PPH5%)
= Rp. 170.225.026
Cash flow =
laba bersih – bunga
bank (12%)
= Rp. 71.734.099
Tabel 7. Pembayaran Pinjaman
Tahun
|
Suku Bunga
|
Pokok Pinjaman
|
Jumlah
|
Angsuran
|
Sisa
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Rp 985,209,267
|
1
|
Rp 98,520,927
|
Rp 101,732,017
|
Rp 1,083,730,193
|
Rp 200,252,944
|
Rp 883,477,249
|
2
|
Rp 88,347,725
|
Rp 101,732,017
|
Rp 971,824,974
|
Rp 190,079,742
|
Rp 781,745,232
|
3
|
Rp 78,174,523
|
Rp 101,732,017
|
Rp 859,919,755
|
Rp 179,906,541
|
Rp 680,013,215
|
4
|
Rp 68,001,321
|
Rp 101,732,017
|
Rp 748,014,536
|
Rp 169,733,339
|
Rp 578,281,197
|
5
|
Rp 57,828,120
|
Rp 101,732,017
|
Rp 636,109,317
|
Rp 159,560,137
|
0
|
Tabel
8. Perhitungan laba dan rugi
Uraian
|
Tahun
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Hasil Usaha
|
Rp 96,079,083
|
Rp 896,079,083
|
Rp 896,079,083
|
Rp 896,079,083
|
Rp 896,079,083
|
Biaya Produksi
|
Rp 716,863,267
|
Rp 716,863,267
|
Rp 716,863,267
|
Rp 716,863,267
|
Rp 716,863,267
|
Laba Kotor
|
Rp 179,215,817
|
Rp 179,215,817
|
Rp 179,215,817
|
Rp 179,215,817
|
Rp 179,215,817
|
Laba Bersih
|
Rp 170,255,026
|
Rp 170,255,026
|
Rp 170,255,026
|
Rp 170,255,026
|
Rp 170,255,026
|
Bunga Bank
|
Rp 98,520,927
|
Rp 88,347,725
|
Rp 78,174,523
|
Rp 68,001,321
|
Rp 57,828,120
|
Cash Flow
|
Rp 71,734,099
|
Rp 81,907,301
|
Rp 92,080,503
|
Rp 102,253,704
|
Rp 112,426,906
|
4) Perhitungan Cash Flow:
Hal ini sesuai dengan pendapat Husnan dan
Muhammad (2008), yang menyatakan bahwa dalam menaksir aliran kas hendaknya
memisahkan aliran kas yang terjadi karena keputusan pembelanjaan dan aliran kas
yang terjadi karena keputusan investasi. Selain aliran
kas haruslah didasarkan atas dasar setelah pajak, maka aliran kas ditaksir atas
dasar selisih.Penaksiran kas menjadi penting bagi penilaian proyek, khususnya
kas, seperti ditunjukkan pada Tabel 9.
Table 9. kumilatif cash flow
tahun
|
cash Flow
|
Kumulatif
|
1
|
Rp 71,734,099
|
Rp 71,734,099
|
2
|
Rp 81,907,301
|
Rp 153,641,400
|
3
|
Rp 92,080,503
|
Rp 245,721,903
|
4
|
Rp 102,253,704
|
Rp 347,975,607
|
5
|
Rp 112,426,906
|
Rp 460,402,513
|
5)Proyeksi Pay Back Period(PBP):
Menurut Kuswadi (2007)
bahwa payback period (PBP) sering juga disebut pay out time (POT) atau masa pulang
(kembalinya) modal, adalah jangka waktu yang diperlukan untuk mendapatkan
kembali jumlah modal yang ditanam. Resiko yang didapat semakin kecil jika modal
semakin cepat kembali.Jadi metode ini menilai proyek penanaman modal atas dasar
kecepatan kembalinya modal yang ditanam pada proyek. Perhitungan pengembalian
modal didasarkan atas laba bersih ditambah penyusutan = net cash flow.Diketahui:
N = 4
a = investasi
awal =Rp. 268.346.000
b
= cash flow tahun ke 4 = Rp. 347.975.607
c
= cash flow tahun ke-5 = Rp. 60.402.513

6)Minimum Atractive Rate of Return
Menurut Giatman (2007), nilai MARR umumnya ditetapkan
secara subjektif melalui beberapa pertimbangan tertentu dari investasi
tersebut. Pertimbangan yang dimaksud adalah suku bunga investasi (i), biaya
lain yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan investasi (Cc), dan faktor resiko
investasi (α).
Faktor risiko dipengaruhi faktor risiko dari usaha,
tingkat persaingan usaha sejenis dan manajemen style dari pimpinan
perusahaan.Berdasarkan hal itu, nilai MARR biasanya ditetapkan secara subjektif
dengan memperhatikan faktor-faktor di atas. Nilai IRR dapat pula dihitung
berdasarkan estimasi cash flow investasi.Diketahui:
MARR
= {( 1 + i )} {( 1 + f)} – 1
= 19 %
7)Proyeksi Net Present Value (NPV):
Menurut Kuswadi (2007)
bahwa net present value (NPV) atau
nilai sekarang bersih (nilai sekarang netto) adalah perbedaan antara nilai sekarang netto
(NSN) atau (total net cash flow)
selama umur proyek dengan nilai sekarang dari besarnya investasi (outlay / net investment).
NPV = -I + AB (P/A, 12%, 5) – AC(P/A, 12%,5) = Rp. 46.420.647
8)Proyeksi Internal Rate Return (IRR):
Menurut Kuswadi (2007)
bahwa internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan
tingkat keuntungan proyek, sehingga nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi proyek (total net cash flow setelah di-present-value-kan
(nilai sekarang netto), jumlahnya
sama dengan biaya investasi.
Bunga 12% :
NPV1 = - I + AB (P/A, 18%, 5) – AC (P/A, 12%, 5) = Rp 401,024,511
Bunga 20% :
NPV 2= - I + AB (P/A, 20%, 5) – AC (P/A, 20%, 5) =Rp (58,456,810)
Maka IRR = 

= 19%
9) Parameter Kelayakan Finansial:
Menurut Giatman (2007)bahwa kelayakan
finansial dapat dinilai menguntungkan atau layak (feasible): jika NPV
> 0, jika IRR ≥ MARR, jika BCR ≥ 1, dan jika PBP (k) ≤
umur investasi (n).
Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan
finansial menunjukkan bahwa nilai NPV Rp 401,024,511 > 0, nilai IRR 19% =MARR
19%, nilai BCR 3
> 1, dan nilai PBP 2.5 tahun < 5 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa
investasi telah memenuhi kriteria seperti ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Parameter kelayakan finansial
Parameter
|
Nilai
|
Standar
|
NPV
|
Rp 401,024,511
|
> 0
|
IRR
|
19 %
|
≥ MARR
|
MARR
|
19 %
|
|
BCR
|
3
|
> 1
|
PBP
|
2.5 tahun
|
≤ n
|
10) Uji
Sensitivitas
Analisis sensitivitas
bertujuan untuk melihat apa yang terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada
suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan biaya atau keuntungan.
Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa
tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan, karena
analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Hidayat
dkk, 2009).
Menurut Wijanarko
dkk, 2005, bahwa analisis sensitivitas adalah analisis dengan mengubah nilai
parameter-parameter biaya pabrik untuk mengetahui akibatnya terhadap parameter
kelayakan pabrik, seperti ditunjukkan
pada Tabel 11.




Berdasarkan
Tabel 11 tersebut di atas menunjukkan bahwa:
1.
Pada kasus pertama, jika nilai investasi turun20% maka kelayakan finansial
akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar,sedangkan apabila
nilai investasi naik 20% maka kelayakan finansial menjadi tidak menguntungkan
jika dibandingkan dengan nilai dasar.
2.
Pada kasus kedua, jika nilai biaya tetap (fixed cost)
mengalami penurunan atau kenaikan 20% tidak akan mempengaruhi nilai kelayakan
finansial.
3.
Pada kasus ketiga, jika nilai bahan baku turun 20% maka kelayakan finansial
menjadi tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar, sedangkan
apabila nilai baku naik 20% maka tidak akan
mempengaruhi kelayakan financial, nilainya akan sama dengan nilai-nilai dasar, seperti ditunjukkan pada Gambar 2 dan 3.


4. KESIMPULAN
DAN SARAN
a. Kesimpulan
Hasil analisis kelayakan produksi menunjukkan bahwa dari 600 kg kulit pisang yang diolah per bulan dapat dihasilkan cuka kulit pisang sebanyak 12.000 botol dengan isi masing – masing botol @60 ml. Berdasarkan hasil
pengamatan diketahui bahwa kapasitas produksi dalam setahun untuk menghasilkan cuka kulit pisang adalah sebesar: 12.000 botol x 12 bulan = 144.000 bungkus (Hasnindar, 2015).
Hasil
analisis kelayakan finansial menunjukkan keuntungan proyek pada usaha
pemanfaatan kulit pisang dengan biaya investasi sebesar Rp. 202.590.600 dan internal
rate of return (IRR) 19% = minimum attractive rate of return (MARR)
19%, menghasilkan net present value (NPV)
sebesar Rp. 401,024,511,
dan pay back period (PBP) dicapai selama 3.2 tahun, dengan nilai benefit
to cost ratio 3.
Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa jika nilai
investasi naik 20% dan nilai bahan baku turun 20% maka kelayakan finansial
menjadi tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar (base case),
kecuali pada nilai biaya tetap (fixed cost) walaupun mengalami penurunan
atau kenaikan 20% tidak akan mempengaruhi nilai kelayakan finansial.
b. Saran
Perlunya
identifikasi lanjutan terhadap kebutuhan investasi potensial lainnya, terutama
melibatkan stakeholder terkait, seperti pengusaha agroindustri, perguruan
tinggi dan pemerintah daerah, sehingga permasalahan dan kebutuhan masyarakatterhadap sumber daya alama dapat
terpetakan dan terpantau dengan baik.
5. DAFTAR
PUSTAKA
Arifin AH. 2005. Mutually Exclusive Alternative Project untuk
Analisis Kelayakan Usaha Industri Kecil. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume
6, No. 3 Juli 2005.Hal.196-202.
(BI) Bank Indonesia. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Syariah
(PPUK). Usaha Pengolahan Tapioka. Direktorat Kredit, BPR dan UMKM.
Djamalu A. 2013. Pemanfaatan Asap Cair
Tempurung Kelapa Sebagai Pengawet Pada Pengolahan Ikan Cakalang (Katsuwonus
pelamis) Di Kabupaten Boalemo. [Tugas Akhir] Akademi Teknik Industri (ATI)
Makassar.
Giatman M. 2007. Ekonomi Teknik. Jakarta: Divisi Buku Perguruan
Tinggi, PT. Rajagrafindo Persada.
Gray C, Simanjuntak P, Sabur LK, Maspaitella PFL, Varley RCG. 2007.
Pengantar Evaluasi Proyek, Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.
Hidayat T, Nurdjannah N, Usmiati S. 2009.
Analisis Teknis Dan Finansial Paket Teknologi Pengolahan Lada Putih (White
Pepper) Semi Mekanis. Buletin Littro. Vol. 20 No. 1, 77-91.
Husnan S, Muhammad S. 2008. Studi Kelayakan Proyek, Edisi Keempat.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) STIM YKPN.
Kuswadi. 2007. Analisis Keekonomian Proyek. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
Marimin, Sutiyono A. 2002. Model Sistem Ahli Perencanaan Investasi
Produk Agroindustri Komoditas Umbi-Umbian. Proceedings, Komputer dan Sistem
Intelijen (Kommit 2002). Jakarta. Hal.27-37.
Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance and Banking. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wijanarko A, Najoan NS, Prenaly S.2005. Tinjauan Kelayakan Ekonomi
Dan Teknis Perancangan Awal Pabrik Pengolahan Gas Alam Dengan Umpan Dari
Lapangan Gas Senoro. Jurnal Teknologi, Edisi No. 4. Tahun XIX, hal. 327-337.
MAKALAH
EKONOMI TEKNIK

OLEH :
HASNINDAR
TK135563
TEKNIK KIMIA INDUSTRI (II)
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I.
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2015