LAPORAN
LENGKAP
PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS KUANTITATIF
“Penetapan Titar AgNO3
dengan NaCl sebagai bahan baku ”
Nama : Hasnindar Kelas
: II A
NIM : TK 135563 Tanggal : 24 November 2014
Tujuan percobaan :
1. Untuk mengetahui cara pembuatan larutan AgNO3
0.1 N dengan cara melarutkan AgNO3 padatan
2. Untuk mengetahui cara penetapan titar AgNO3
dengan menggunakan NaCl sebagai bahan baku
Landasan Teori :
Argentometri merupakan titrasi pengendapan
sample yang dianalisis dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang
ditentukan dalam titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-,
I-) (Khopkar,1990). Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan
yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi
dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit
habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang
dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42-
dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat
kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa
dipakai adalah tiosianida dan
indicator adsorbsi.
Ada
beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator
yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain (Harizul,1995) :
a.
Metode Mohr
Metode Mohr
biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan AgNO3
sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir
titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi
kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4,
saat hampir mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hamper berikatan
menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3,
memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
Indikator
menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran, sehingga
terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang menunjukkan titik akhir karena
warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
b.
Metode Volhard
Metode Volhard
menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan Fe3+
sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara
titrant dan Ag, membentuk endapan putih. Konsentrasi indikator dalam titrasi
Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi dengan titrat
maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan
terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak langsung ion-ion
halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui jumlahnya ditambahkan
sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi kembali dengan
tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard
merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain penentuan ion
halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab
garamnya larut dalam keadaan asam.
c.
Metode
Fajans
Dalam titrasi
Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat
diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna.
Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain
dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja
indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau
basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya
fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein
akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).
HFl(aq)
↔ H+(aq) +Fl-(aq)
Ion Fl-
inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah
muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi ini diusahakan
agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan warna yang tampak
sejelas mungkin, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi
apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan perkataan lain
setelah sedikit kelebihan titrant (ion Ag+).
Suatu kesulitan
dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak diantara zat warna
tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya (fotosensifitasi)
dan menyebabkan endapan terurai. Titrasi menggunakan indikator adsorpsi
biasanya cepat, akurat dan terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas
karena memerlukan endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan cepat. Selain menggunakan jenis indicator diatas maka
kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen.
Alat dan
Bahan :
ü Alat :
1. Bulp 6. Labu ukur
2. Berut asam 7. Pengaduk
3. Corong 8. Pipet tetes
4. Erlenmeyer 9. Pipet volume
5. Gelas piala 10.
Statif
ü Bahan :
1. AgNO3 padatan
2. NaCl PA
3. K2CrO4
4. Aquadest
Cara Kerja :
A. Membuat
Larutan AgNO3
1.
Alat dan Bahan
disiapkan, dibersihkan lalu dikeringkan.
2. Ditimbang 3,4 gram AgNO3 lalu dilarutkan dengan aquadest dalam labu ukur 200
ml, di himpitkan lalu dihomogenkan.
B. Penetapan titar AgNO3 dengan
NaCl sebagai bahan baku
1. NaCl ditimbang
sebanyak 0,5 gram lalu di larutkan dengan aquadest dalam labu ukur 100 ml
sampai batas garis mineskus, di homogenkan.
2. Dipipet 20 ml
larutan NaCl tersebut kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan K2CrO4
sebanyak 2-3 tetes.
3. Selanjutnya
dititrasi dengan larutan AgNO3 yang
sudah di buat tadi.
4. Dititar sampai
larutan berubah warna menjadi warna merah bata.
5. Lakukan penitaran
sebanyak 2 kali.
6. Dicatat volume
titar, lalu lakukan perhitungan.
Data pengamatan :
a.
ml titar (simplo)
: 17.6 ml
b.
ml titar (duplo) :
17.4 ml
c.
BST NaCl : 58,5
d.
Factor
pengenceran : 100/20 = 5 kali
e.
Bobot AgNO3 : 3,4058 gram
f.
Bobot
NaCl PA : 0,5050 gram
Reaksi
:
Ag(NO3)(aq)
+ NaCl(aq) AgCl(s)
+ NaNO3(aq)
Perhitungan
:
a.
Pembuatan
larutan AgNO3 0.1 N
g
=ml x N
x BST
=
200 x
0,1 170
=
3400 mg
=
3,4 gram
b.
Penetapan
titar HCl 0.1 N dengan boraks sebagai bahan baku
N = mg
NaCl
ml penitar x mr NaCl x FP
o
Simplo
N =
505,0 mg
17,6 x 58,5 x 5
=
505 = 0.0980 N
5148
o
Duplo
N = 505,0 mg
17,4 x 58,5 x 5
= 505 = 0.0992 N
5089,5
Rata –
rata = 0,0980 N + 0.0992 N
2
= 0,0986 N
Pembahasan
:
Argentometri merupakan analisis
volumetri berdasarkan atas reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan
standar argentum. Atau dapat juga diartikan sebagai cara pengendapan atau
pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi
terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3.
Pada
metode titrasi ditambahkan larutan indikator pada zat uji. Indikator adalah
suatu senyawa organik yang kompleks yang digunakan untuk menentukan titik akhir
suatu reaksi. Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan dimana penambahan satu
tetes larutan baku dapat menyebabkan perubahan warna pada indikator. Indikator
memiliki rentang pH tertentu dan dapat berubah warna dengan adanya perubahan pH dari larutan uji.
Pada percobaan inin digunakan indikator K2CrO4.
Standarisasi larutan AgNO3
dengan NaCl merupakan titrasi yang termasuk dalam presipitimetri jenis
argentometri.. Pada cara mohr nantinya akan terlihat endapan merah bata yang
larutannya dititrasi dengan larutan baku AgNO3.
Pada percobaan argentometri ini
ditimbang sampel NaCl sebanyak 500 mg. Titrasi dilakukan secara duplo (dua kali
percobaan) agar dapat diketahui jumlah larutan baku (titran) yang digunakan
pada percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan dibandingkan bahwa apakah
jarak (selisih) antara titrasi kedua dan pertama lebih sedikit atau cukup
besar. Sampel yang telah ditmbang kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak
100 ml lalu dipipet 20 ml, ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4,
alasan penggunaan indikator ini adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi
saat dilakukannya penitrasian. Kemudian sampel dititrasi menggunakan larutan
baku AgNO3 dimana, dengan ion perak yang berlebih maka akan
terbentuk endapan berwarna merah bata.
Larutan AgNO3 dan larutan
NaCl, pada awalnya masing-masing merupakan larutan yang jernih dan tidak
berwarna. Larutan kemudian berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4
yang merupakan indikator pada percobaan ini.
Setelah dititrasi dengan AgNO3,
awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah
habis bereaksi dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih
ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4
membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu
dilakukan secara cepat dan pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+
tidak teroksidasi menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi
sulit tercapai.
Kesimpulan :
Dari
data pengamatan dan perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi
larutan AgNO3 yang ditimbang sebanyak 3,4 gram dan dilarutkan dalam
akuades sebanyak 200 ml adalah 0.0986 N.
Makassar, 25 November 2014
Dosen Praktikan
( ) (Hasnindar )
Daftar Pustaka
·
Tim Dosen, 2014. Penuntun Kimia Analisis Kuantitatif. ATIM, Makassar.
·
Khopkhar, SM. 1990. Konsep Dasar
Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press : Jakarta.
·
Harizul,
Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press
22 : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar