Sabtu, 23 Mei 2015

CPO



PROSES INDUSTRI KIMIA
“Pengolahan CPO”







OLEH
NAMA       : HASNINDAR
NIM           : TK135563
PRODI       : TEKNIK KIMIA INDUSTRI

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I.
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR
Pertama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentangPengolahan CPO. Adapun penulisan makalah  ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami prinsip  pembuata CPO pada proses industri.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pengajar Mata kuliah Proses Industri Kimia yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari pengetahuan dan pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan yang sengaja maupun tidak sengaja telah kami lakukan. Dan kami juga sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaaat. Terima kasih.

                                                                                    Makassar, 20 mei  2015
                                                                                                                                                                                                                                    Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di Indonesia, tanaman kelapa sawit banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentunya banyak  orang-orang yang mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan hasil panen harus berlaku profesional.
Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan, sehingga perluasan areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
B.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.      Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa mengenai pengolahan CPO.
2.      Agar mahasiswa dapat lebih mengetahui capa pengolahan crude palm oil (CPO) dan produk-produk turunan dari CPO
C.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana cara megetahui proses pengolahan CPO sehingga menghasilkan produk – produk yang dapat di gunakan?
2.      Bagaimana cara mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO?















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kelapa Sawit
Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga menjadi subtitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi dengan minyak bumi.
            Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain: Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi; Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi; Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan; Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.
B.     Porses Pengolahan Kelapa Sawit
Flow Chart pengolahan kelapa sawit
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUXqdRvLFg9RjS2t79ALT6by4kkRLo_4-pp5fht1VEzSnTdJkieZPYPckM8F9cEa4PLA5tjq240UDkU9PmhzHft9ctayeE5f-k2TKEjN4LUPaRdaijJoWItDyo2BvvXXzFw8t73Nuy64ma/s1600/crudePalmOilMillingProcessing.gif
·         Fungsi Lori adalah untuk menampung TBS yang berasal dari kebun untuk di proses didalam PEREBUSAN (Steriliser) dan sekaligus juga berfungsi untuk menampung Un-Strip Bunch (Tandan yang tidak membrondol ) setelah melalui proses perebusan untuk kemudian akan di rebus ulang (Recycle).
·         Fungsi Steriliser adalah :
1.      Menonaktifkan enzim
2.      Memudahkan lepasnya brondolan dari janjang
3.      Mengubah komposisi dari mesocarp sehingga proses  pelumatan dan klarifikasi efisien
4.      Dehidrasi nut sehingga kernel lekang dari cangkangnya
·         Thresher atau disebut Bunch Striper adalah Drum besar yang berputar dengan kecepatan putar 24 rpm berfungsi mengangkat TBS mengikut putaran drum keatas lalu terjatuh membentur bagian poros drum dan sisi drum yang berada dibawah, sehingga brondolan yang masih melekat pada tandannya terlepas. Tandan bergerak keatas searah dengan putaran drum, kemudian tandan jatuh dan terbanting, buah lepas dari spikelet. Kecepatan putaran tromol mempengaruhi efisiensi pemipilan. Putaran yang terlalu cepat menyebabkan tandan akan lengket di dinding drum. Putaran yang baik ialah apabila tandan jatuh di poros dan jatuh lagi pada dasar drum. Rotary Drum terdiri dari alat drum berputar dengan panjang 4 – 6 M dan diameter 2,1 M, yang digerakkan dengan electromotor. Drum tersebut memiliki as yang dapat berperan sebagai bantingan buah agar buah lepas dari tandannya.
Cara penghantaran  TBS hasil rebusan ke alat bantingan (thresher) dapat dilakukan dengan dua cara :
a.    Tipper
yaitu alat penuang TBS hasil rebusan yang berada dalam  lori  kedalam    bak      yang  berbentuk cone dengan cara memutar lori pada sumbu Tipper. Cara ini pada awalnya dikembangkan di pabrik yang memiliki sistim sterilisasi tegak. Kelemahan alat ini adalah seringnya terjadi kerusakan pada “bunch elevator” karena beban yang berat dan panas, dan pada akhirnya menjadi penyebab stagnasi. Peletakan alat ini kemudian dikembangkan dengan membuat letak tipper lebih tinggi atau sama dengan alat bantingan sehingga tidak memerlukan bunch elevator.
b.     Hoisting crane
TBS hasil rebusan yang telah ditarik keluar dari sterilizer diangkut keatas dengan “hoisting crane”, untuk kemudian dituang dengan cara memutar lori pada titik sumbunya. Buah akan jatuh ke mulut Bunch Hopper yang  dilengkapi dengan pipa penyangga sehingga saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan. Interval pengangkutan buah ke mulut Bunch Hopper dilakukan secara kontinu, berdasarkan pada kapasitas olah dan kapasitas alat.
·         Digester
Alat ini sering disebut ketel pengaduk yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan lengan pengaduk, tangkai pelumat dan pemanas untuk mempersiapkan masa brondolan agar lebih mudah di-pres oleh Screw Press. Digester dilengkapi dengan Lengan Pengaduk yang berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan perikarp dan biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester berpengaruh terhadap kehilangan minyak. Digester berperan  mensuplai masa brondolan yang telah lumat kepada Screw Press.
·         Pressing
Screw Press berfungsi untuk memeras minyak dari masa brondolan tanpa memecahkan Biji Sawit (Nut). Minyak diperas dari masa brondolan dengan ulir (screw) berputar secara terus menerus kearah depan sambil diencerkan dengan aliran air dan dibagian ujung alat ditahan oleh sebuah besi berbentuk kerucut yang proses penahannya diatur secara hidraulis, sehingga bila dorongan ampas yang masih mengandung biji sudah terlampau kencang, maka besi kerucut akan mengendor secara otomatis. Hasil pemerasan yang berupa Cairan mengandung Minyak dan kotoran dijatuhkan  ke bagian bawah Screw Press untuk kemudian dikirim menuju Stasiun Klarifikasi. Sementara itu ampas press (cake) yang masih mengandung biji dalam kondisi memadat akan dihantar melalui alat yang disebut Cake Breaker Conveyor (CBC) atau konveyor pemecah cake padat menuju Stasiun Kernel.
·         Cairan yang keluar dari alat press terdiri dari Minyak dan air serta padatan bukan minyak atau disebut Non Oily Solids (NOS) . Untuk memisahkan minyak dari fase bukan minyak lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian yang disebut dengan Klarifikasi.
·         Dalam brondolan buah yang direbus , komposisi minyak sebesar  54%, air 28% dan NOS 18% dan jika diperas dengan Screw Press maka komposisi ini akan berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak sebesar 66%, air 24% dan NOS.
Langkah pertama untuk memisahkan minyak dari fase bukan minyak adalah Proses Pengenceran. Pengenceran bertujuan agar pemisahan padatan yang berupa pasir dan serat-serat yang terdapat dalam minyak (NOS) dapat berjalan dengan baik. Suhu air pengenceran 80° - 90°C. Air pengencer yang diberikan ke dalam cairan bermanfaat untuk beberapa hal sebagai berikut:
a.    Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang memiliki Berat Jenis (BJ) > 1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ < 1,0 akan mengapung.  BJ minyak pada suhu 40, 50, 70, dan 100°C berturut-turut adalah 0,895; 0,890; 0,876; 0,875. Dan zat tersebut mudah memisah dari minyak karena minyak memiliki viskositas 27, 14, dan 8 centipois pada suhu 50, 70, dan 100°C. Semakin rendah viscositas minyak, semakin mudah untuk memisahkan NOS baik dalam proses pengendapan maupun dalam proses pemisahan dengan sentrifuge.
b.    Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak berdasarkan polaritas.
c.    Untuk memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk partikel halus dan sering melekat dengan NOS. Juga berperan untuk melemahkan fungsi emulsifier yang terdapat dalam minyak.
Jumlah air pengencer yang dianjurkan yaitu sebanding dengan Cairan yang keluar dari Screw Press.
·         Purifier sering disebut juga Oil Centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran yang tidak dikehendaki. Purifier yang banyak digunakan ialah buatan Westfalia dan α-Alfa laval. Kedua alat ini mempunyai prinsip kerja yang sama akan tetapi kedua alat ini memiliki perbedaan daya pisah fraksi ringan dan berat.
Oil Centrifuge Westfalia   memisahkan  fraksi berat dengan Berat Jenis (BJ) ≥ 1,   artinya   VM   dan   minyak   berada   dalam  satu fraksi, sehingga NOS dan kotoran yang tergolong dalam fraksi berat saja, yang dipisahkan. Oil Centrifuge α-Alfa laval memisahkan minyak dari NOS dan air, sehingga α-Alfa laval akan dapat menurunkan kadar air dalam minyak dari 0,6 – 0,1% menjadi 0,4 – 0,6%. Disamping itu, α-Alfa laval dapat diatur kapasitas olahnya, namun hal ini sering mempengaruhi  kualitas minyak yang dihasilkan.
·         Minyak yang keluar dari Oil Purifier atau Decanter masih mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Pengisian minyak kedalam alat ini tidak dapat dilakukan dengan bantuan pompa, akan tetapi masuknya minyak dengan cara di isap oleh kevakuman alat pengering. Oleh sebab itu pengaturan pemasukan minyak dan pengaturan tekanan uap memerlukan perhatian yang khusus untuk memenuhi kapasitas dan mutu minyak produksi.
Pemisahan air (bahan mudah menguap) dari minyak dalam Vacuum Drier dipengaruhi oleh :
Suhu minyak; Pemisahan air atau partikel lain yang  mudah menguap semakin efektif bila suhu minyak masuk sudah tinggi. Pemanasan dalam vacuum drier tidak dilakukan, ,pemanasan  minyak  hanya dilakukan pada proses sebelumnya, yaitu pada Oil Purifier atau Decanter.
Kehampaan udara; Partikel lebih mudah menguap dalam keadaan hampa udara. Kehampaan udara tergantung dari kemampuan Steam Injector atau pompa vacuum, dan juga dipengaruhi oleh fluktuasi debit minyak masuk.
Interaksi suhu minyak dan kehampaan; Pengurangan kadar air dan partikel mudah menguap lainnya akan terjadi dengan sempurna, bila suhu diatas 70°C dengan tekanan dibawah 50 TORR.
Pengaturan kapasitas alat; Semakin maksimum penggunaan kapasitas alat maka penguapan air semakin lambat dan menghasilkan minyak yang bermutu jelek.
·         Tempat penyimpanan Minyak Sawit di pabrik  disebut Tangki Timbun, berbentuk silinder vertical dengan kapasitas 500 – 2000 ton. Pada bagian bawah tanki berbentuk kerucut sebagai tempat pengendapan kotoran. Tinggi ujung pipa untuk pemuatan minyak adalah 20% dari bagian atas tanki, sedangkan untuk pipa pembongkaran minyak, ujungnya tidak lebih rendah dari 10% tinggi tanki.
Sebelum Minyak Sawit dialirkan untuk disimpan dalam  Tanki Timbun, minyak yang keluar dari vacuum dryer perlu didinginkan terlebih dahulu sampai suhu 55°C agar minyak tidak terlalu lama pada suhu tinggi yang dapat menurunkan mutu minyak. Sistem pendingin dapat berupa Heat Exchanger dengan menggunakan air dingin sebagai medium pendingin.
Untuk mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit (pembekuan) serta untuk menyeragamkan minyak pada waktu pengiriman, maka pada tanki penyimpanan dilengkapi dengan pemanas. Pemanasan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang berpedoman pada minimalisasi penurunan mutu minyak yang diakibatkan oleh pemanasan tersebut. Pemanasan dapat dilakukan dengan uap pada tekanan 1,5 – 3 kg/cm² (25-40 pSig) yang dialirkan kedalam pipa pemanas yang terbuat dari baja lunak berdiameter 2” dengan ketinggian ½ feet dari dasar tanki. Rancangan pipa pemanas harus dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan laju pemanasan tidak lebih  dari 5°C/hari. Untuk menjaga suhu, tanki memiliki sistem pengatur suhu (thermostat) yang dapat menjaga fluktuasi suhu sebesar 1°C serta pencatatan suhu (recorder).
C.    Proses Produksi Minyak Goreng dan Margarin
Setelah kita mendapatkan CPO (dapat dilihat di gbr sebelumnya), kita mesti memurnikan CPO ini. Proses ini sering disebut sebagai refining (pengolahan, pemurnian, etc). Tujuan utama pengolahan (refining) CPO ini jelas untuk menghilangkan zat-zat non-triglyceride.
Di bawah ini adalah blok diagramnya secara umum:

1.      Menghilangkan gum atau phosphatides (degumming), yang pertama kali mesti dilakukan karena gum ini menaikkan viskositas CPO.
Proses refining yang ada saat ini pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu chemical dan physical refining. Chemical refining menggunakan alkali seperti NaOH untuk menetralkan FFA, sementara physical refining menggunakan distilasi untuk mengeluarkan FFA dari palm oil. Oleh karena ini, chemical refining lebih disukai untuk mengolah vegetable oil dengan kandungan FFA yang rendah. Reaksi NaOH dengan FFA akan menghasilkan garam karboksilat (biasa disebut sebagai sabun) dan gliserol. Reaksi ini sendiri sering disebut sebagai reaksi saponifikasi. Jika kandungan FFA tinggi, maka sabun yang terbentuk akan tinggi. Akibatnya, triglyceride sebagai minyak akan terikat oleh sabun dan terbawa keluar bersamaan dengan air. Akhirnya, kita akan kehilangan banyak triglyceride. Oleh karena itu, chemical dan physical refining akan berbeda di tahap degumming/neutralization. Tahap ini di chemical refining akan terdiri dari:
a.       Acid conditioning: mencampur minyak panas dengan asam untuk mengendapkan non-hydratable phosphatides (phosphatides yang tidak bisa diendapkan dengan penambahan air, seperti yang dimiliki oleh palm oil) dan sisa-sisa logam.
b.      Degumming dan neutralizing: air dan NaOH akan ditambahkan untuk menetralkan FFA, juga untuk memisahkan gum dan pengotor lainnya. Kemudian, gum dan pengotor akan dipisahkan pada di sini. Di akhir step ini, kandungan FFA akan menjadi 0.01-0.03%.

2.      Menghilangkan FFA, yang biasanya dengan dinetralisasi
Jadi untuk minyak dengan kandungan FFA rendah tapi gum nya tinggi, chemical refining lebih cocok. Dan sebaliknya jika FFA tinggi tapi gum rendah, physical refining lebih cocok. Bagaimanapun, jika kandungan gum nya tinggi (meskipun di physical refining), degumming process tentu sangat diperlukan. Proses ini biasanya dengan menambahkan asam untuk menggumpalkan gum atau acid degumming untuk minyak yang memiliki non-hydratable gum, seperti palm oil. Asam yang digunakan biasanya adalah asam fosfat (0.05% dari jumlah CPO yang diambil dari 85% larutan asam fosfat) atau asam sitrat. Temperature yang diperlukan sekitar 90-110oC.
3.      Menghilangkan warna dengan mengambil pigment-pigment yang termasuk di dlmnya adalah beta karoten. Proses ini sering disebut sebagai bleaching.
Proses menghilangkan warna sering disebut juga sebagai bleaching. Pada dasarnya, proses ini cm mengadsorp pigment (beta karoten dan klorofil) dengan menggunakan bleaching earth (atau bentonite). Proses ini biasanya dilangsungkan pada kondisi vakum (16 cmHg) dan temperature 100-110oC. Jumlah bleaching earthnya umumnya sekitar 1% dari jumlah CPO.
Sebelum masuk ke deodorization, air di minyak mesti dibuang terlebih dahulu. Tujuannya agar tidak terjadi hidrolisis minyak menjadi FFA dan gliserol. Biasanya hal ini dilakukan dengan memanaskan minyak sampe di atas 100oC (~140oC).
4.      Menghilangkan bau (biasanya jg disebabkan oleh keberadaan FFA). Proses ini umum disebut sebagai deodorization
Proses deodorization (sederhananya: menghilangkan bau) ini menghilangkan sisa-sisa FFA dan senyawa2 lain yang lbh volatile daripd triglycerides. Di proses physical refining, di proses deodorization inilah FFA dibuang krn proses ini tidak memiliki tahap netralisasi spt di chemical refining. Proses ini berupa distillation dengan kondisi vakum (1-6 mmHg, 230-260oC). Kondisi vakum diperlukan utk menurunkan boiling temperature dari FFA.
5.      Memisahkan olein dan stearin. Olein adalah komponen palm oil yang berfasa cair dan stearin adalah komponen palm oil yang berfasa padat.
Uap FFA kemudian dikondensasi dan minyak yang keluar dari kolom ini didinginkan sampe 60oC. Kalaupun mau disimpan, temperature penyimpanannya tidak boleh kurang dari 60oC utk mencegah solidifikasi dari stearin. Minyak hasil pengolahan ini biasanya disebut sebagai Refined Bleached Deodorized oil (RBD oil).
Olein dan stearin akan dipisahkan di tahap selanjutnya dengan mendinginkan minyak sampe 30oC secara perlahan. Hal ini ditujukan agar kristal stearin yang terbentuk besar – besar, sehingga mudah dipisahkan (oleh filter press, dsb). Umumnya, dari minyak ini akan kita dapatkan 20-24% stearin dan 80-76% olein. Olein digunakan sebagai minyak goreng atau campuran minyak goreng, sementara stearin sebagai margarin. Keduanya (atau langsung dari minyak RBD) bisa digunakan sebagai bahan baku industri oleochemical, makanan, dan berbagai non-food application lainnya. Selama proses pengolahan ini, minyak tidak boleh mengalami kontak dengan udara utk menghindari oksidasi minyak.




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kelapa sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa, kacang-kacangan, jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, dan lain sebagainya. Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Hasil dari pengolahan CPO adalah kita dapatkan 20-24% stearin dan 80-76% olein. Olein digunakan sebagai minyak goreng atau campuran minyak goreng, sementara stearin sebagai margarin. Keduanya (atau langsung dari minyak RBD) bisa digunakan sebagai bahan baku industri oleochemical, makanan, dan berbagai non-food application lainnya. Selama proses pengolahan ini, minyak tidak boleh mengalami kontak dengan udara utk menghindari oksidasi minyak.
B.     Saran
Pada saat pembuatan makalah, sumber referensi yang digunakan hanyalah internet. Jadi sebaiknya mahasiswa lebih banyak menambah refrensi buku mengenai judul makalh yang di berikan

DAFTAR PUSTAKA
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Antonius Krisdwiarto & Arie Malangyudo. 2005. Pabrik Kelapa Sawit

Astra Agro Lestari Tbk. Processing of Palm Oil, 2001

GEA – Wesfalia Separator GmbH. Processing of Crude Palm Oil
Zapthegreat. 2012. Produksi olein dan stearin dari Kelapa Sawit. Available at :                  https://zapthegreat.wordpress.com/2012/08/12/produksi-olein-dan-                          stearin-dari-kelapa-sawit-bagian-2/
[diakses pada tanggal 22 mei 2015]