PROSES INDUSTRI
KIMIA
“Pengolahan CPO”

OLEH
NAMA : HASNINDAR
NIM : TK135563
PRODI :
TEKNIK KIMIA INDUSTRI
KEMENTERIAN
PERINDUSTRIAN R.I.
POLITEKNIK ATI
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Pertama
kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala kebesaran dan limpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pengolahan
CPO“. Adapun
penulisan makalah ini bertujuan untuk menganalisis dan memahami prinsip pembuata
CPO pada proses industri.
Dalam
penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu, terselesaikannya
makalah ini
tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata. Namun karena adanya
dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait. Sehubungan
dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan hati mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Pengajar Mata kuliah
Proses Industri Kimia yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami berterima kasih
kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyadari pengetahuan dan pengalaman kami
masih sangat terbatas. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan yang
sengaja maupun tidak sengaja telah kami lakukan. Dan kami juga sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih
baik dan bermanfaaat. Terima kasih.
Makassar,
20 mei 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di
Indonesia, tanaman kelapa sawit banyak dikebunkan oleh perusahaan-perusahaan
besar, baik pemerintah maupun swasta. Bahkan masyarakat pun banyak bertanam
kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit sangat cocok
tumbuh di Indonesia. Jika Indonesia ditargetkan untuk menjadi negara penghasil
minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tentunya banyak orang-orang yang
mengelolanya, mulai dari pembibitan, penanaman sampai ke teknik pengelolahan
hasil panen harus berlaku profesional.
Kelapa
sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak
industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan
besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan
kelapa sawit.
Tanaman
kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat menguntungkan, sehingga perluasan
areal sangat maju pesat. Industri pengolahan kelapa sawit di Indonesia terus
mengalami peningkatan. Sejumlah pabrik dengan kapasitas produksi minyak sawit
CPO (Crude Palm Oil) tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Hasil
utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan
nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di
berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup
lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku
adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit
telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah
1. Sebagai
bahan bacaan bagi mahasiswa mengenai pengolahan CPO.
2. Agar
mahasiswa dapat lebih mengetahui capa pengolahan crude palm oil (CPO) dan
produk-produk turunan dari CPO
C. Rumusan
masalah
1. Bagaimana
cara megetahui proses pengolahan CPO sehingga menghasilkan produk – produk yang
dapat di gunakan?
2. Bagaimana
cara mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO?
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Kelapa
Sawit
Komoditas kelapa sawit merupakan
komoditas perdagangan yang sangat menjanjikan. Pada masa depan, minyak sawit
diyakini tidak hanya mampu menghasilkan berbagai hasil industri hilir yang
dibutuhkan manusia seperti minyak goreng, mentega, sabun, kosmetik, tetapi juga
menjadi subtitusi bahan bakar minyak yang saat ini sebagian besar dipenuhi
dengan minyak bumi.
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain: Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi; Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi; Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan; Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keuntungan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Keunggulan tersebut antara lain: Menjadi sumber minyak nabati termurah karena efisiensi minyak kelapa sawit ini tinggi; Dibanding minyak lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai produktivitas yang tinggi; Dibanding minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit mempunyai manfaat yang lebih luas, baik pada industri pangan, maupun pada industri non pangan; Kandungan gizi minyak kelapa sawit lebih unggul daripada minyak nabati lainnya.
B.
Porses
Pengolahan Kelapa Sawit
Flow
Chart pengolahan kelapa sawit

·
Fungsi Lori adalah untuk menampung TBS
yang berasal dari kebun untuk di proses didalam PEREBUSAN (Steriliser) dan
sekaligus juga berfungsi untuk menampung Un-Strip Bunch (Tandan yang tidak
membrondol ) setelah melalui proses perebusan untuk kemudian akan di rebus
ulang (Recycle).
·
Fungsi Steriliser adalah :
1.
Menonaktifkan enzim
2.
Memudahkan lepasnya brondolan dari janjang
3.
Mengubah komposisi dari mesocarp sehingga proses pelumatan dan klarifikasi efisien
4.
Dehidrasi nut sehingga kernel lekang dari cangkangnya
·
Thresher
atau disebut Bunch Striper adalah Drum besar yang berputar dengan kecepatan putar
24 rpm berfungsi mengangkat TBS mengikut putaran drum keatas lalu terjatuh
membentur bagian poros drum dan sisi drum yang berada dibawah, sehingga
brondolan yang masih melekat pada tandannya terlepas. Tandan bergerak keatas
searah dengan putaran drum,
kemudian tandan jatuh dan terbanting, buah lepas dari spikelet. Kecepatan putaran tromol
mempengaruhi efisiensi pemipilan. Putaran yang terlalu cepat menyebabkan tandan
akan lengket di dinding drum. Putaran
yang baik ialah apabila tandan jatuh di poros dan jatuh lagi pada dasar drum. Rotary Drum terdiri dari alat drum berputar dengan panjang 4 – 6 M
dan diameter 2,1 M, yang digerakkan dengan electromotor. Drum tersebut memiliki
as yang dapat berperan sebagai bantingan buah agar buah lepas dari tandannya.
Cara penghantaran TBS hasil rebusan ke alat bantingan (thresher) dapat dilakukan dengan dua cara :
a.
Tipper
yaitu alat penuang TBS hasil rebusan
yang berada dalam lori kedalam
bak yang berbentuk cone dengan cara memutar lori pada
sumbu Tipper. Cara ini pada awalnya dikembangkan di pabrik yang memiliki sistim
sterilisasi tegak. Kelemahan alat ini adalah seringnya terjadi kerusakan pada “bunch elevator” karena beban yang berat
dan panas, dan pada akhirnya menjadi penyebab stagnasi. Peletakan alat ini
kemudian dikembangkan dengan membuat letak tipper
lebih tinggi atau sama dengan alat bantingan sehingga tidak memerlukan bunch
elevator.
b. Hoisting crane
TBS hasil rebusan yang telah ditarik
keluar dari sterilizer diangkut
keatas dengan “hoisting crane”, untuk
kemudian dituang dengan cara memutar lori pada titik sumbunya. Buah akan jatuh
ke mulut Bunch Hopper yang dilengkapi dengan pipa penyangga sehingga
saat buah jatuh sudah dimulai dengan proses pemipilan. Interval pengangkutan
buah ke mulut Bunch Hopper dilakukan
secara kontinu, berdasarkan pada kapasitas olah dan kapasitas alat.
·
Digester
Alat ini sering disebut ketel
pengaduk yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan lengan pengaduk,
tangkai pelumat dan pemanas untuk mempersiapkan masa brondolan agar lebih mudah
di-pres oleh Screw Press. Digester dilengkapi dengan Lengan
Pengaduk yang berfungsi untuk merajang buah sehingga terjadi pelepasan perikarp
dan biji sambil pemecahan kantong-kantong minyak. Volume digester berpengaruh
terhadap kehilangan minyak. Digester
berperan mensuplai masa brondolan yang
telah lumat kepada Screw Press.
·
Pressing
Screw Press berfungsi untuk memeras
minyak dari masa brondolan tanpa memecahkan Biji Sawit (Nut). Minyak diperas
dari masa brondolan dengan ulir (screw) berputar secara terus menerus kearah
depan sambil diencerkan dengan aliran air dan dibagian ujung alat ditahan oleh
sebuah besi berbentuk kerucut yang proses penahannya diatur secara hidraulis,
sehingga bila dorongan ampas yang masih mengandung biji sudah terlampau
kencang, maka besi kerucut akan mengendor secara otomatis. Hasil pemerasan yang
berupa Cairan mengandung Minyak dan kotoran dijatuhkan ke bagian bawah Screw Press untuk kemudian
dikirim menuju Stasiun Klarifikasi. Sementara itu ampas press (cake) yang masih
mengandung biji dalam kondisi memadat akan dihantar melalui alat yang disebut
Cake Breaker Conveyor (CBC) atau konveyor pemecah cake padat menuju Stasiun
Kernel.
·
Cairan
yang keluar dari alat press terdiri dari Minyak dan air serta padatan bukan minyak atau disebut Non Oily Solids (NOS) . Untuk memisahkan
minyak dari fase bukan minyak lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian
yang disebut dengan Klarifikasi.
·
Dalam
brondolan buah yang direbus , komposisi
minyak sebesar 54%, air 28% dan NOS 18%
dan jika diperas dengan Screw Press
maka komposisi ini akan berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak sebesar
66%, air 24% dan NOS.
Langkah pertama
untuk memisahkan minyak dari fase bukan minyak adalah Proses Pengenceran. Pengenceran bertujuan agar pemisahan padatan yang
berupa pasir dan serat-serat yang terdapat
dalam minyak (NOS) dapat berjalan dengan baik. Suhu air pengenceran 80° - 90°C. Air
pengencer yang diberikan ke dalam cairan bermanfaat untuk beberapa hal sebagai
berikut:
a. Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang
memiliki Berat Jenis
(BJ) > 1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki BJ < 1,0 akan
mengapung. BJ minyak pada suhu 40, 50,
70, dan 100°C berturut-turut adalah 0,895; 0,890; 0,876; 0,875. Dan zat
tersebut mudah memisah dari minyak karena minyak memiliki viskositas 27, 14,
dan 8 centipois pada suhu 50, 70, dan 100°C. Semakin rendah viscositas minyak, semakin
mudah untuk memisahkan NOS
baik dalam proses pengendapan maupun dalam proses pemisahan dengan sentrifuge.
b. Untuk mempermudah pemisahan fraksi
yang terdapat dalam cairan minyak berdasarkan polaritas.
c. Untuk memecahkan emulsi minyak yang
dalam bentuk partikel halus dan sering melekat dengan NOS. Juga berperan untuk
melemahkan fungsi emulsifier yang
terdapat dalam minyak.
Jumlah
air pengencer yang dianjurkan yaitu sebanding dengan Cairan yang keluar dari Screw Press.
·
Purifier sering disebut juga Oil
Centrifuge, yang
berfungsi memurnikan
minyak dari kotoran yang tidak dikehendaki. Purifier
yang banyak digunakan ialah buatan Westfalia
dan α-Alfa laval. Kedua alat ini
mempunyai prinsip kerja yang sama akan tetapi kedua alat ini memiliki perbedaan
daya pisah fraksi ringan dan berat.
Oil Centrifuge Westfalia
memisahkan fraksi berat dengan Berat Jenis (BJ) ≥ 1, artinya
VM dan minyak
berada dalam satu fraksi, sehingga NOS dan kotoran yang
tergolong dalam fraksi berat saja, yang dipisahkan. Oil Centrifuge α-Alfa laval memisahkan minyak dari NOS dan air,
sehingga α-Alfa laval akan dapat
menurunkan kadar air dalam minyak dari 0,6 – 0,1% menjadi 0,4 – 0,6%. Disamping
itu, α-Alfa laval dapat diatur
kapasitas olahnya, namun hal ini sering mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.
·
Minyak
yang keluar dari Oil Purifier atau Decanter masih mengandung air, maka
perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Pengisian
minyak kedalam alat ini tidak dapat dilakukan dengan bantuan pompa, akan tetapi
masuknya minyak dengan cara di isap oleh kevakuman alat pengering. Oleh sebab
itu pengaturan pemasukan minyak dan pengaturan tekanan uap memerlukan perhatian
yang khusus untuk memenuhi kapasitas dan mutu minyak produksi.
Pemisahan air (bahan mudah menguap)
dari minyak dalam Vacuum Drier
dipengaruhi oleh :
Suhu minyak; Pemisahan air atau partikel lain
yang mudah menguap semakin efektif bila
suhu minyak masuk sudah tinggi. Pemanasan dalam vacuum drier tidak dilakukan,
,pemanasan minyak hanya dilakukan pada proses sebelumnya, yaitu
pada Oil Purifier atau Decanter.
Kehampaan udara; Partikel lebih mudah menguap dalam
keadaan hampa udara. Kehampaan udara tergantung dari kemampuan Steam Injector atau pompa vacuum, dan juga dipengaruhi oleh
fluktuasi debit minyak masuk.
Interaksi suhu minyak dan kehampaan; Pengurangan kadar air dan partikel
mudah menguap lainnya akan terjadi dengan sempurna, bila suhu diatas 70°C
dengan tekanan dibawah 50 TORR.
Pengaturan kapasitas alat; Semakin maksimum penggunaan
kapasitas alat maka penguapan air semakin lambat dan menghasilkan minyak yang
bermutu jelek.
·
Tempat penyimpanan Minyak Sawit di
pabrik disebut Tangki Timbun, berbentuk silinder vertical dengan
kapasitas 500
– 2000 ton. Pada bagian bawah tanki berbentuk kerucut
sebagai tempat pengendapan kotoran. Tinggi ujung pipa untuk pemuatan minyak adalah
20% dari bagian atas tanki, sedangkan untuk pipa pembongkaran minyak, ujungnya
tidak lebih rendah dari 10% tinggi tanki.
Sebelum Minyak Sawit dialirkan untuk disimpan
dalam Tanki Timbun, minyak yang keluar dari vacuum dryer perlu didinginkan
terlebih dahulu sampai suhu 55°C agar minyak tidak terlalu lama pada suhu
tinggi yang dapat menurunkan mutu minyak. Sistem pendingin dapat berupa Heat
Exchanger dengan menggunakan air dingin sebagai medium pendingin.
Untuk mencegah terjadinya
kristalisasi minyak sawit (pembekuan) serta untuk menyeragamkan minyak
pada waktu pengiriman, maka pada tanki penyimpanan dilengkapi dengan pemanas. Pemanasan dapat
dilakukan dengan berbagai metode yang berpedoman pada minimalisasi penurunan
mutu minyak yang diakibatkan oleh pemanasan tersebut. Pemanasan dapat dilakukan
dengan uap pada tekanan 1,5 – 3 kg/cm² (25-40 pSig) yang dialirkan kedalam pipa
pemanas yang terbuat dari baja lunak berdiameter 2” dengan ketinggian ½ feet
dari dasar tanki. Rancangan pipa pemanas harus dibuat sedemikian rupa sehingga
menghasilkan laju pemanasan tidak lebih
dari 5°C/hari. Untuk menjaga suhu, tanki memiliki sistem pengatur suhu
(thermostat) yang dapat menjaga fluktuasi suhu sebesar 1°C serta pencatatan
suhu (recorder).
C.
Proses Produksi Minyak Goreng dan
Margarin
Setelah kita mendapatkan CPO (dapat
dilihat di gbr sebelumnya), kita mesti memurnikan CPO ini. Proses ini sering
disebut sebagai refining (pengolahan, pemurnian, etc). Tujuan utama pengolahan
(refining) CPO ini jelas untuk menghilangkan zat-zat non-triglyceride.

1.
Menghilangkan gum atau phosphatides
(degumming), yang pertama kali mesti dilakukan karena gum ini menaikkan
viskositas CPO.
Proses refining yang ada saat ini
pada dasarnya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu chemical dan physical
refining. Chemical refining menggunakan alkali seperti NaOH untuk menetralkan
FFA, sementara physical refining menggunakan distilasi untuk mengeluarkan FFA dari
palm oil. Oleh karena ini, chemical refining lebih disukai untuk mengolah
vegetable oil dengan kandungan FFA yang rendah. Reaksi NaOH dengan FFA akan
menghasilkan garam karboksilat (biasa disebut sebagai sabun) dan gliserol.
Reaksi ini sendiri sering disebut sebagai reaksi saponifikasi. Jika kandungan
FFA tinggi, maka sabun yang terbentuk akan tinggi. Akibatnya, triglyceride sebagai
minyak akan terikat oleh sabun dan terbawa keluar bersamaan dengan air.
Akhirnya, kita akan kehilangan banyak triglyceride. Oleh karena itu, chemical
dan physical refining akan berbeda di tahap degumming/neutralization. Tahap ini
di chemical refining akan terdiri dari:
a.
Acid conditioning: mencampur minyak
panas dengan asam untuk mengendapkan non-hydratable phosphatides (phosphatides yang
tidak bisa diendapkan dengan penambahan air, seperti yang dimiliki oleh palm
oil) dan sisa-sisa logam.
b.
Degumming dan neutralizing: air dan NaOH
akan ditambahkan untuk menetralkan FFA, juga untuk memisahkan gum dan pengotor
lainnya. Kemudian, gum dan pengotor akan dipisahkan pada di sini. Di akhir step
ini, kandungan FFA akan menjadi 0.01-0.03%.
2. Menghilangkan
FFA, yang biasanya dengan dinetralisasi
Jadi untuk minyak dengan kandungan
FFA rendah tapi gum nya tinggi, chemical refining lebih cocok. Dan sebaliknya
jika FFA tinggi tapi gum rendah, physical refining lebih cocok. Bagaimanapun,
jika kandungan gum nya tinggi (meskipun di physical refining), degumming
process tentu sangat diperlukan. Proses ini biasanya dengan menambahkan asam untuk
menggumpalkan gum atau acid degumming untuk minyak yang memiliki non-hydratable
gum, seperti palm oil. Asam yang digunakan biasanya adalah asam fosfat (0.05% dari
jumlah CPO yang diambil dari 85% larutan asam fosfat) atau asam sitrat.
Temperature yang diperlukan sekitar 90-110oC.
3. Menghilangkan
warna dengan mengambil pigment-pigment yang termasuk di dlmnya adalah beta
karoten. Proses ini sering disebut sebagai bleaching.
Proses menghilangkan warna sering
disebut juga sebagai bleaching. Pada dasarnya, proses ini cm mengadsorp pigment
(beta karoten dan klorofil) dengan menggunakan bleaching earth (atau
bentonite). Proses ini biasanya dilangsungkan pada kondisi vakum (16 cmHg) dan
temperature 100-110oC. Jumlah bleaching earthnya umumnya sekitar 1% dari
jumlah CPO.
Sebelum masuk ke deodorization, air
di minyak mesti dibuang terlebih dahulu. Tujuannya agar tidak terjadi
hidrolisis minyak menjadi FFA dan gliserol. Biasanya hal ini dilakukan dengan
memanaskan minyak sampe di atas 100oC (~140oC).
4.
Menghilangkan bau (biasanya jg disebabkan oleh
keberadaan FFA). Proses ini umum disebut sebagai deodorization
Proses
deodorization (sederhananya: menghilangkan bau) ini menghilangkan sisa-sisa FFA
dan senyawa2 lain yang lbh volatile daripd triglycerides. Di proses physical
refining, di proses deodorization inilah FFA dibuang krn proses ini tidak
memiliki tahap netralisasi spt di chemical refining. Proses ini berupa
distillation dengan kondisi vakum (1-6 mmHg, 230-260oC). Kondisi
vakum diperlukan utk menurunkan boiling temperature dari FFA.
5.
Memisahkan olein dan stearin. Olein adalah komponen
palm oil yang berfasa cair dan stearin adalah komponen palm oil yang berfasa
padat.
Uap FFA
kemudian dikondensasi dan minyak yang keluar dari kolom ini didinginkan sampe
60oC. Kalaupun mau disimpan, temperature penyimpanannya tidak boleh
kurang dari 60oC utk mencegah solidifikasi dari stearin. Minyak
hasil pengolahan ini biasanya disebut sebagai Refined Bleached Deodorized oil
(RBD oil).
Olein dan
stearin akan dipisahkan di tahap selanjutnya dengan mendinginkan minyak sampe
30oC secara perlahan. Hal ini ditujukan agar kristal stearin yang
terbentuk besar – besar, sehingga mudah dipisahkan (oleh filter press, dsb).
Umumnya, dari minyak ini akan kita dapatkan 20-24% stearin dan 80-76% olein.
Olein digunakan sebagai minyak goreng atau campuran minyak goreng, sementara
stearin sebagai margarin. Keduanya (atau langsung dari minyak RBD) bisa
digunakan sebagai bahan baku industri oleochemical, makanan, dan berbagai
non-food application lainnya. Selama proses pengolahan ini, minyak tidak boleh
mengalami kontak dengan udara utk menghindari oksidasi minyak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelapa
sawit merupakan minyak nabati yang penting, di samping kelapa, kacang-kacangan,
jagung, bunga matahari, dan sebagainya. Komoditas kelapa sawit merupakan
komoditas perdagangan yang menjanjikan. Minyak kelapa sawit mampu menghasilkan
berbagai hasil industri hilir yang dibutuhkan manusia, seperti minyak goreng,
mentega, sabun, kosmetik, dan lain sebagainya. Hasil utama tanaman kelapa sawit
adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan nama CPO (Crude Palm Oil)
dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena
memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak
menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri
kosmetik, dan farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah
satu bahan bakar.
Hasil dari
pengolahan CPO adalah kita dapatkan 20-24% stearin dan 80-76% olein. Olein
digunakan sebagai minyak goreng atau campuran minyak goreng, sementara stearin sebagai
margarin. Keduanya (atau langsung dari minyak RBD) bisa digunakan sebagai bahan
baku industri oleochemical, makanan, dan berbagai non-food application lainnya.
Selama proses pengolahan ini, minyak tidak boleh mengalami kontak dengan udara
utk menghindari oksidasi minyak.
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah,
sumber referensi yang digunakan hanyalah internet. Jadi sebaiknya mahasiswa
lebih banyak menambah refrensi buku mengenai judul makalh yang di berikan
DAFTAR PUSTAKA
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Antonius
Krisdwiarto & Arie Malangyudo. 2005. Pabrik Kelapa Sawit
Astra Agro Lestari Tbk. Processing of Palm Oil, 2001
GEA – Wesfalia Separator GmbH. Processing of Crude Palm Oil
Zapthegreat. 2012. Produksi olein dan stearin dari Kelapa Sawit. Available
at : https://zapthegreat.wordpress.com/2012/08/12/produksi-olein-dan- stearin-dari-kelapa-sawit-bagian-2/
[diakses pada tanggal 22 mei 2015]